rss

Senin, 07 Desember 2009

Diksar Korps Skala XII Part I

Jum’at 24 April 2009
Sudiang

Sesuai hasil rapat pada hari rabu kemarin 22 April 2009 di putuskan bahwa peserta dan panitia berkumpul di rumah saudara Jaya pada pukul 09.00 Wita, tapi rupanya budaya ngaret tak bisa lepas dari budaya kita entah apa ini sudah menjadi kultur atau kebiasaan buruk yang belum terobati karena hingga pukul 10.00 panitia dan peserta masih 30 % yang ada dilokasi pemberangkatan,kita semua tak tahu kapan ini bias berubah yang jelas pemberangkatan Diksar kali ini sangat terkendala dari Intern yang boleh dibilang tidak termenej dengan baik dan menurutku ini harus di akui agar bisa mennjadi pelajaran kedepan bagi kita semua.


Mesjid BPS

Sewaktu sholat jum’at di mesjid saya melihat Kak Ammar berada di shaf belakang yang kemarin baru datang dari Palu, kami semua tidak tahu apakah kedatangan Kak Ammar untuk Diksar atau ada urusannya yang mendadak karena selain Diksar kemarin(dua pekan yang lalu) sewaktu Indoor dia juga datang dari Palu dan dengan kondisi yang sama tanpa ungkapan tentang tujuannya datang ke Makassar tapi yang jelas kedatang Kak Ammar secara khusus dan Kanda-kanda senior secara umumnya di samping kami selalu menjadi motivasi kami untuk tetap berkarir dan berjuang di Skala

pemberangkatan peserta

Setelah menunggu kedatangan peserta dan panitia kira- kira jam dua (kalo saya tidak salah ingat )kami dan peserta berangkat menuju Jatia tentunya saja setelah mengecek perlengkapan mereka . perjalanan dengan menggunakan sepeda motor bersama Yahya membuat saya dapat melihat pemandangan jalan poros Makassar –Maros dengan jelas hingga tak terasa kami tiba di Patunuang. Setiba di Patunuang Kak Ammar menyuruh saya dan Rizal untuk membongkar perlengkapan panitia yang ada di dalam Cariel dengan alasan sebagai pelajaran buat panitia khususnya yang terlambat agar bisa konsisten dengan jadwal “masa di sms jam 9,jo sekarang panitia hanya lima orang yang ada dilokasi” kurang lebih begitulah ungkapan Kak Ammar !


Agar pembongkaran barang panitia tak terlihat dihadapan peserta Kak Ammar menyuruh saya memberikan arahan kepada peserta dengan jarak yang berjauhan ,arahan ringan pembuka Diksar saya sampaikan dan setelah mendapatkan kode dari Rizal arahanpun saya cukupkanselanjutnya kami semua masuk ke Bislab kecuali icang dan Ani (nama kesayangan Bundrang) yang diamanahkan untuk menunggu ana-ana yang lain diluar.

Kini Saya dan Rizal jalan duluan sementara Kak Ammar, Ardi dan Yahya jalan bersama peserta oh,iya kami lupa sampaikan kalo jumlah peserta sebanyak 10 orang dan inilah mereka orang-orang terpilih dari 54 pendaftar skala..(wah sedikit amat yang lolos ) tapi bagi Skala bukan kuantitas yang prioritas tapi Kualitas Kader yang lebih utama.

nih dia para pesertanya...
Setiba dijembatan yang pernah digunakan camp pertama pada diksar lalu(diksarnya Nawir dan ica) saya dan Rizal menuanaikan sholat ashar dan setelah sholat sambil menunggu kedatangan peserta kamipun berdiskusi ringan tentang berbagai masalah sepuluh menit kemudian kami melihat Yahya dan peserta datang dari arah hilir sungai rupanya mereka lagi praktik Susur Sungai .


Dan baru tantangan alam pertama ini sudah tampak kerut kening di wajah peserta apalagi ketika mereka harus menyebrang sungai padahal saat itu arus sungai deras dan mereka tidak kami berikan tali/webbing dan sejenisnya , tapi hasil membuktikan bahwa mereka berhasil melewatinya walaupun ada peserta yang terbawa arus , itulah dia Maya seorang peserta yang mengingatkanku pada Kak Qory bukan maksud membuat kesetaraan tapi itulah karena kalau dilihat dari Body dan Jabe-jabe yang kurang lebih mereka memiliki kesamaan .

peseta lagi sholat ashar
Setelah peserta berkumpul kami langsung memberikan Instruksi untuk memanfaatkan waktu yakni dengan mengerjakan sholat.Usai Sholat Ashar peserta kami ajak untuk Caving. Gua yang kami akan masuki kali ini berada dekat jalan Poros Patunuang berdekatan dengan tempat yang digunakan iczng untuk nunggu ana-ana. Kak Ammar menyurh saya berjalan duluan untuk mengecek kondisi Gua, sebelum ke Gua saya sempatkan diri untuk ketemu icang dan rupanya Icang telah memacking kembali peralatan yang telah di bongkar tadi dan dia berniat untuk masuk kedalam membawa perlengkapan tapi saya sarankan untuk menunggu panitia yang lain hal ini dikarenakan agar menjadi pelajaran dalam kegiatan kedepannya.

bang Udin dan rakan2 yg lain datang
Tak lama kemudian Tri Angels Skala(Inchi,Cia,dan Rini) bersama Udin,Irfan dan tessa datang seperti biasa setelah bertegur sapa sejenak sayapun melanjutkan kembali perjalanan ke Gua. Ditengah perjalanan saya kesusul oleh Rizal dan peserta sehingga yang seharusnya saya jalan duluan sekarang kami jalan bersamaan ke Gua. Sesampainya di mulut Gua rupanya air dalam gua sangat tinggi (mungkin mencampai 3 meter atau bahkan lebih) dan yang membuat kami berdiskusi apakah peserta lewat mulut Gua atau langsung lewat atas sebagai jalur alternatif masuk kedalam Gua.

Kak Ammar saat mengecek (semangat kak Ammar)

Dengan analisa SWOT yang sederhana kami memutuskan untuk masuk lewat Mulut Gua dan dari “genangan air” ini perjalanan kami mulai , setiap tantangan membuat peserta semakin akrab hal ini terlihat saat mereka saling bergandengan dan menyenteri untuk memberi penerangan bagi rekan mereka yang tidak membawa senter dan setelah memberikan penjelasan tentang Gua kami memutuskan untuk kembali ke luar mengingat waktu maghrib sudah dekat padahal kami belum sampai di ujung Gua hal ini dikarenakan adanya hambatan berupa Tebing dan waktu yang mepet
Sesampai dimulut Gua kami melihat Ardi lagi termenung (yang jelasnya tidak mangap) menunggu kami seorang diri (sungguh sabar anak yang satu ini) dan tanpa banyak beristirahat dimulut gua kamipun langsung kembali ke Jembatan dan disana yahya sama seperti Ardi lagi menunggu kami denganpenuh tanggung jawab seorang diri ditemani oleh nyanyian hutan dan cariel peserta.
Usai melaksanakan sholat maghrib secara berjamaah dengan peserta, perjalan ke bislab kami lanjutkan dan saya sebagai panitia perintis berjalan di depan diikuti oleh kepala Suku dan rombongan. Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, kami sudah hamper sampai di lokasi Camp pertama hal ini di tandai dengan kedatangan jaya(Korlap pengganti musafir) dan udin yang menyambut kami dan memberikan info bahwa lokasi Camp sudah hampir sampai. Sebagai seorang kakak yang” baik “dan panitia yang” perhatian “kepada peserta kamipun mencek kembali perlengkapan mereka dan mencari kesalahan-kesalahannya selanjutnya kami berikan “hadiah”
Bislab malam
Dilokasi camp sudah ada bundrang,Icang,dan ana-ana yang lain sedang ketawa-ketiwi yang ngak jelas dan ketika bergabung tanpa terasa sayapun terbawa arus dengan canda tawanya apalagi di pandu oleh Tesa dengan gayanya yang mirip Tukul, saya sengaja datang duluan ke lokasi Camp sementara kak Ammar lagi memberikan arahan kepada peserta ditempat kami bertemu dengan Jaya.

Jaya sang Korlap lagi beri intruksi (keren toh)

ketertawaan kami tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara jaya yang lagi bentak-bentak peserta dan dengan “senyuman” yang khas kamipun menyambut mereka kurang lebih dua jam dan sebagai manusia yang memiliki rasa kasih sayang terhadap sesame maka peserta kami persilahkan “mandi “ agar badan mereka tak bau dan “berolahraga” guna menghangatkan badan dalam kondisi hutan yang dingin serta memberikan mereka waktu ISHOMA.

Setelah agenda bersama peserta, saya kembali ke Cam dan menyantap makanan yang disediakan oleh rini,Inchi,Cia dan Bundrang dan selanjutnya kami memulai Breifing yang dipimpin langsung oleh Iccank dengan agenda” evaluasi kegiatan hari ini dan apa rencana kegiatan besok” .Usai briefing kami semua berangkat ke peraduan.

Bislab, sabtu 25 April 2009



Udara hutan yang begitu dingin membuat mata ini tak ingin terbuka tapi mengingat peserta yang “kedinginan” maka saya paksakan untuk beranjak dari peraduan dan rupanya panitia yang lain sudah banyak yang bangun dan kami kasihan melihat peserta yang” kedinginan”maka kami berinisiatif untuk mengajak mereka “berolahraga” kembali dan setelah badan mereka hangat kami mengajak mereka “Mandi”juga memberikan mereka waktu untuk sholat Subuh serta packing barang mereka karena pada pikul 06.00 kami akan melanjutkan perjalanan ke Jatia.

wajah panitia baru bangun

Pukul 06.00 perjalanan kami mulai dengan strategi perjalanan secara terpisah dimana setiap kelompok didampingi oleh seorang panitia dan Qadarallahu saya diamanahkan untuk mendampingi kelompok satu yang orang-orangnya terdiri dari :Maya (peserta paling Jabe),Diah (ngak jelas orangnya sering ngelamun) dan Ardi alias Sugali alias “Mangap 3” perjalanan kami mulai. Dan benar kalo saya katakana Maya mirip Kak Qory karena selama perjalanan dia paling banyak ngomongnya dan tidak mau jalan di belakang sementara Diah selalu ngelamun ndak jelas sedangkan Sugali dengan muka culun+begonya berjalan di belakang kedua temannya.
Ditengah perjalanan kami kesusul Kak Tarich,Ucu dan Kak Sumegol yang lagi jogging pagi dengan rute Bislab – Jatia(ndak tahu lagi jogging atau lagi mengenang masa lalu karena di Skala mereka terkenal sebagai orang kuat). 20 menit setelah bertemu mereka kami sampai juga di Jatia dan peserta kami persilahkan untuk mandi dan “mencicipi makanan Hutan” karena makanan yang dibawa harus di “tabung”berhubung waktu mereka masih lama di Hutan sementara Ransum yang dibawa sangat kurang makanya Panitia dengan rela hati menjadi “BANK RANSUM”walaupun tanpa honor dengan syarat Ransum juga tidak berbunga
Setelah peserta merasa “kenyang” dan rekan-rekan panitia sudah banyak yang tiba di Jatia agenda pun kami lanjutkan dengan rencana awal yakni Navigasi tapi baru jalan beberapa waktu Agenda berubah mengingat waktu dijam menunjukkan jam setengah sembilan maka kami ber musyawarah singkat dan diputuskan untuk terlebih dahulu Caving di Gua Tikus-Tikus yang di lanjutkan Navigasi dengan rute Passikalling-Jatia.


0 komentar:


Posting Komentar

 

Adzan di Tanah Haram

Sumpah Pemuda