rss

Jumat, 18 Desember 2009

SEPENGGAL DIKSAR XIII KORPS SKALA

Bismillahirrahmanirrahim

Sebelumnya saya meminta maaf kepada para pembaca Diksar Korps Skala XII Part I ( terkhusus kak Ammar, kak Nurul dan Jaya Ogawa yang sempat memberikan comment)yang seharusnya dilanjutkan pada” Diksar Korps SKala XII Part II” tapi pertimbangan kami pribadi karena mungkin ada beberapa tokoh yang tidak ingin disebutkan namanya dan beberapa kejadian yang sangat berkesan bagi kami oleh karena itu kami harap para pembaca dapat maklum dan sebagai penggantinya kami hadirkan “refleksi indoor Diksar XII korps skala” yang sebenarnya sudah lama kami tulis hanya belum sempat kami publikasikan

Sederet Salam
Ntuk para sesepuh dan para kanda yang pernah merintis dan berjuang untuk Organisasi ini
Ntuk para climber muda yang tengah berjuang mencapai puncak perjuangan
Dan Ntuk anak Adam yang baru bergabung
Salam Silaturrahim yang kusiratkan melalui pena digital dalam ungkapan salam terindah yang pernah ada di dunia ini
Assalamualaikum Warrahmatulllahi Wabarakatuh




Tak kan pernah ada habisnya kalo mau bicara tentang Skala selama di Skala masih ada para climber-climber yang berani berjuang bertindak untuk mencapai puncak perjuangan.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, rasanya baru kemarin masuk Skala teringat awal-awal mendaftar,tes wawancara, tes fisik,indoor hingga pengambilan nomor sebagai prosesi akhir pengkaderan di Skala dan kini saya harus bediri sebagai seorang senior bersama teman-teman yang lain dan tugasku pun berubah setiap kali Diksar,

Jika pada Diksar – Diksar yang lalu sebagai panitia maka kini untuk kedua kalinya saya ditunjuk untuk menjadi Korlap(Diksar XII lalu ditunjuk hanya sebagai pengganti Korlap), tak tahu apa yang membuat teman-teman menunjukku untuk menjadi Korlap padahal sudah saya jelaskan bahwa mungkin pada Diksar kali ini kehadiran saya tidak maksimal (dikarenakan Tugas Akhir yang mesti saya kerja, saya rasa teman-teman dapat maklum)

Dan itulah salah satu prinsip kami “ ketika jabatan itu datang bukan karena kita minta tapi karena amanah dan tanggung jawab maka seyogyanya kita tampil untuk menjalankannya karena dalam sebuah makna hadits Rasulullah bersabda :
Barang siapa meminta jabatan maka Allah akan meninggalkannya, tapi jika jabatan itu datang kepadanya bukan karena ia minta maka Allah akan menolongnya dalam melaksanakannya”
Dan itulah yang kita harapkan pertolongan Allah dalam melaksanakan amanah kita, karena ketika Allah menolong kita maka tak akan ada badai masalah yang tak bisa kita hadapi

MAKASSAR,sabtu 21 november 2009

Udara dimakassar pada saat itu Alhamdulillah sangat bersahabat walau bagi sebagian warga kota saat itu panas terik matahari sangat menyengat namun sebagai seorang yang bergabung dalam organisasi kepecintaan Alaman maka bagaimanapun kondisi alam harus disyukuri sebagai karunia Ilahi bukankah alam dan seisinya merupakan cipataan Tuhan…

Hari ini juga merupakan hari kedua outdoor skala, meski jasad ada di Makassar tapi pikiran selalu melayang-layang di jatia, nggak tahu apa ini muncul dari perasaan cinta karena kerinduan berjumpa dengan para climbers atau nafsu yang sudah tak tahan mengeksekusi peserta (para anak adam calon climber) yah bagaimanapun juga kita manusia.

Setelah asistensi tugas PA di kantor Pak Kushari di daerah ruko bilangan Makassar yakni jalan Boulevard saya pun mulai mengatur rencana keberangkatan ke Jatia, pertama-tama saya SMS kak Piping (alias fitriadi alias om ping)karena rencananya ia juga baru menyusul sore ini, setelah saling membalas sms maka disepakati kalo kita ketemuan di BPS rumah saudara Sanjaya sore ini,,,

BPS, di sore hari

Bagi anak – anak skala kata-kata BPS tidak asing lagi karena hampir semua kegiatan Skala direncanakan dan dilaksanakan di sini, seperti Buka Puasa tahun lalu,persiapan Diksar ini dan sebagainya maklumlah di situ saudara kita Sanjaya bermukim seorang diri maka tak heran jika rumah ini sering ramai oleh suara anak adam di ikuti juga deretan motor-motor di halaman rumah.

Kalo tidak salah ingat jam 5 saya tiba di BPS, disana saya dapati om Piping lagi masak mie sementara kak Chali lagi tiduran sambil nonton tv diruang tengah ,melihat kedatangan saya kak Piping tanpa basa basi berkata “sebentarpi kita berangkat sambil nunggu ana2 yang lain”. Tak lama kemudian adzan maghrib terdengar sayapun menunaikan sholat maghrib di mesjid,

Sepulang dari mesjid salah satu anggota muda febi( alias bu Haji alias Bunda) datang, kemudian ia sampaikan bahwa sekarang kak Nurul dalam perjalanan ke sini tapi hujan deras di kantornya, yah sambil menunggu kedatangan rekan –rekan yang lain kami semua bercakap-cakap ringan.

Hingga tak terasa adzan mesjid terdengar kembali menandakan isya sudah masuk,seperti begitu cepat waktu berlalu dan teringat nasehat ust.Ihsan Zainuddin (direktur Gen mirqat) “diantara tanda-tanda kiamat adalah berlalunya waktu tanpa terasa”dan inilah yang terjadi , seperti Diksar kali ini bukanlah Diksar Kemarin walau prosesnya sama tapi torehan amal kita yang berbeda setiap berlalunya waktu.

BPS ba’da isya..

Usai sholat isya,sudah mulai banyak senior-senior yang datang seperti : kak Seto, kak lala, kak Dwi dan kak Nurul dan setelah bersiap-siap perjalanan ke Jatia di mulai, tunggu kami….para climber muda..!

PATUNUANG di malam hari..

Pengatur waktu di Hpku menunjukkan pukul 10 malam dan kami semua Alhamdulillah sampai juga di patunuang, setelah memarkirkan kendaraan di rumah warga perjalanan ke jatia di lanjutkan dengan menerobos gelapnya hutan dimalam hari dan mensusuri sungai yang sudah mulai kering karena musim kemarau berkepanjangan yang menimpa Sulawesi Selatan. Oh iya diperjalanan tadi kami bertemu Tata marrang (seorang Tata yang tinggal di Jatia, orangnya awet muda seingat saya wajahnya tak pernah mengalami perubahan dan itu juga yang dikatakan kanda senior sewaktu bercerita tentang Tata ini)

JATIA dalam selimut malam…

Pukul 23.30 saya dan kak lala tiba di jatia lebih dulu dibandingkan rekan yang lain, disana para panitia sedang membuat lingkaran diskusi (yang jelas bukan lingkaran setan) dan sudah menjadi tradisi di Skala kalo ada teman yang datang maka akan di sambut seolah-olah sudah lama tak jumpa, padahal tiap hari ketemu apalagi kalo yang datang sama saya ada seorang kanda(kanda = satu tingkatan di bawahnya sesepuh..he he he)maka sambutannya akan lebih wah lagi.

Setelah bercakap ringan dengan para rekan sayapun langsung menuju ke sungai disana sudah ada Rizal, Irfan dan Kak Ammar yang lagi memberikan arahan, nasehat tentang KMTS (kalo dijadwal disebut doktrin) kondisi peserta pada saat itu beraneka ragam salah seorang peserta bernama Bintang (peserta asal pinrang)lagi merinding kedinginan sambil memegang tangan temannya yakni mifta(peserta asal pinrang juga), sementara laode(peserta asal tenggara) bagaikan batu karena wajahnya tanpa mimik dan ekspresi seolah – olah tidak merasakan apa-apa, sementara yang lain tampak serius memperhatikan , nda tahu apa betul-betulji atau takut direndam….?

Usai dari sungai para peserta di arahkan kembali menuju camp mereka,ketika melihat camp peserta saya merasa heran karena di camp mereka terdapat tenda bulan padahal seingat saya yang namanya peserta harus membuat bifak maka sayapun bertanya pada Korlap (ade dan icang ).

Setelah mendapatkan penjelasan sayapun mulai faham kenapa bisa begitu maka terinspirasi dari idenya Kak Lala untuk mengajarkan para peserta bagaimana cara membuat Bifak kami Korlap mulai melatih peserta hingga tahap batas akhir kemampuan manusia dimana mereka harus membuat bifak yang standar ISO 90001:2000, pertama-tama waktu mereka diberi waktu 6 menit tapi rupanya bifak yang mereka buat tidak memenuhi standar maka langsung saja di Bongkar setelah itu kami berikan waktu 4 menit untuk membuatnya kembali,

Hal ini kami sengaja bukankah dalam ilmu psikologi diajarkan dengan praktek kita mampu menyerap ilmu hingga 60 %, sisanya lewat melihat dan mendengar dan juga dalam kondisi seperti ini watak asli para peserta sudah mulai tampak dengan jelas, ada peserta yang hanya bisa menyuruh, ada peserta yang berdiam kedinginan meratapi hidupnya, ada yang sok sibuk dan satu pelajaran buatku mungkin kalo saya berada pada kondisi seperti itu termaksud kategori mana..?dan ini patut di jadikan pelajaran karena Abdullah bin Mubarak pernah berkata kepada muridnya
“ jika engkau mau mengetahui watak seseorang maka lakukanlah perjalanan bersamanya karena pada waktu itu sifat asli manusia akan tampak”
dan benarlah perkataan ini terkadang kita menganggap teman baik di Kota tapi ketika melakukan perjalanan alam terbuka sifat manusiawinya mulai jelas hingga kita terperangah melihatnya, tapi apa yang dikatakan kak Syamsul sudah cukup menjadi alas an bijak menghadapinya
“jika engkau melihat temanmu melakukan kesalahan maka yakinlah ia bukan setan yang akan senantiasa melakukan kesalahan, begitu pula ketika engkau melihatnya melakukan kebaikan maka sadarilah ia bukan malaikat yang senantiasa melakukan kebaikan tapi ia adalah manusia biasa yang cenderung melakukan kebaikkan dan kesalahan,
ingatlah manusia Allah ciptakan untuk menjadi cermin bagi yang lain, sifat buruk yang ia miliki sebenarnya bibitnya ada pada dirimu tapi Allah tampakkan sifat itu lewat dia agar engkau tidak berbuat seperti itu maka bersifat bijaklah dalam kehidupan ini..”


Itulah sepenggalan nasehat kak Syamsul di awal-awal saya ikut tarbiyah, kini beliau sedang lanjut di ma’had aly arroyya di jawa dan saya sangat rindu padanya.
Oh iya kenapa jadi bicara kak Syamsul yah, baiklah kembali ke Jatia seusai mengajarkan cara membuat bIfak kami Korlap kembali ke camp panitia disana sudah ada Bang Udhin(angkatan diksar XI) dan Salma (ang. DIksar XII)yang lagi membuatkan makan malam buat kami tadi yang baru datang dari Makassar.

Setelah makan malam breifng malam dimulai tentunya setelah membangunkan Budi sang Korlap Muda (angk. Diksar XII) karena dia tadi yang mengikuti peserta dari awal kegiatan hingga saat ini (tentunya panitia yang lain tetap ikut).
Pada saat briefing sedang dilaksanakan Kak Lala dan beberapa anak – anak menuju camp peserta untuk memberikan arahan tentang kode etik pecinta alam, kasihan sekali peserta mungkin saat ini dipikiran mereka, kapan pagi yah..atau..kapan semua ini berakhir.,,.,.??dan itulah kehidupan kita harus sabar mengahdapinya karena tidak ada yang abadi kecuali Allah, sebagaimana dalam sebuah syair
Bagaimanapun cinta kita pada malam hari
Tapi ia harus hilang ketika matahari mulai menampakkan cahayanya di ufuk timur
Begitupula sebagaimanapun cinta kita kepada siang hari
Tapi ia harus hilang ketika gelapnya malam mulai merambat


Seusai briefing malam banyak anak-anak yang masuk ke tenda untuk beristirahat, sementara saya,iccang dan Irfan(ketua Korps Skala yang baru)berdiskusi ringan hingga pasukan malam mulai melemparkan panah kantuknya dan tepat mengenai sasaran yakni mata kami..

JATIA SEPEREMPAT MALAM TERAKHIR..
Kondisi badan yang baru melakukan perjalanan ingin rasanya larut dalam mimpi dibuai selimut hutan yang begitu dingin, tapi alarm Hpku terdengar nyaring dalam hutan yang begitu hening sehingga membuat tangan ingin rasanya mematikan lalu lanjut tidur lagi,

Tapi seperti terdengar suara “ sadarlah faisal kamu ini Korlap segala sesuatu yang terjadi dilapangan adalah tanggung jawabmu jangan kamu pikir kamu hanya memberikan arahan dan eksekusi saja kepada peserta tapi semua adalah tanggung jawabmu termaksud settingan waktu dalam kegiatan” maka setelah mendengar suara yang tak tahu dari mana sumbernya badan ini mulai kupaksakan bangkit dan kulihat jam sudah jam 04.10 wah……terlambat nih, itulah perasaan yang pertama kali terbesit dalam hatiku..

Dan kulihat belum ada rekan panitia yang bangun terlebih lagi peserta maka dengan segera saya membangunkan beberapa panitia dan selanjutnya ke camp peserta untuk memberikan arahan agar menunaikan sholat subuh yang tidak lama lagi masuk….

JATIA di Subuh Hari…

Usai mengumandangkan adzan, sholat subuh kami mulai bersama beberapa orang panitia kalo nda salah ingat yang ikut waktu itu :iccang (alias Syamsudin alias itting), Nawir (ang. Diksar XII) dan Iftita (Ketupat Diksar) sementara peserta sholat di camp mereka.

Usai kami sholat subuh terdengar suara Om piping yang lagi membangunkan panitia hingga merasa jenuh +bosan karena hanya beberapa orang saja panitia yang bangun maka keluarlah kata-kata om yang membuat lompat panitia dari tendanya, kalo nda salah ingat isi kata-katanya “Kalo tidak ada yang bangun dalam hitungan ketiga semua tenda saya bongkar”wah rupanya tidak lama kemuadian banyak panitia yang keluar (tetap semangat om memberikan arahan pada keponakkan2ta ..he he he)

Saat kak Piping membangunkan panita kami Korlap menuju ke camp peserta disana sudah ada peserta yang baru selesai sholat, tanpa basa basi peserta kami arahkan menuju sungai dan rupanya kak Lala serta kakanda yang lain ingin melakukan evaluasi atas materi kode etik pecinta alam yang disampaikan semalam maka kami mengarahkan peserta menuju ke bibir sungai tempat yang akan digunakan untuk evaluasi..

TIGA PULUH MENIT sebelum pengukuhan

Saat itu cahaya matahari sudah mulai merambat di hutan jatia dengan begitu cepat sehingga membuat panitia untuk bersegera malakukan gladi kotor pengukuhan sementara itu para kanda lagi melakukan evaluasi pada peserta dengan cara Skala(yang jelas bukan soal jawab kayak dikampus setelah itu dikumpul) .

Setelah melakukan gladi kotor sebanyak dua kali kami Korlap melapor kepada para kanda bahwa pengukuhan sudah siap dilaksanakan dan tak lama para peserta kami arahkan menuju lokasi pengukuhan anggota muda yang tentunya ala Skala lah..

Pengukuhan dipagi hari itu sangat khidmat, kondisi fajar yang baru saja manyising di sertai alunan suara alam yang hanya bisa didengar oleh orang-orang yang berada di alam menambah khidmatnya suasana pada waktu itu, tampak wajah wajah yang bahagia, lepas dan plong yang ditandai dari senyuman peserta bahkan Laode yang sebelumnya tanpa mimik kini mulai merekahkan senyumnya dan untuk sekali lagi saya teringat pengukuhanku dan khusus teman seperjuanganku Salam rinduku padamu……

Seusai pengukuhan dan foto bareng maka kamipun sarapan dan packing barang selanjutnya Pulang tentunya setelah pamit kepada Tata…
Dan menutup tulisan yang sederhana ini tentang “sepenggal Diksar XIII Korps Skala” saya ingin sampaikan apa yang pernah dikatakan Mario Teguh :
“Penderitaan bukan lah hasil dari sebuah penderitaan.
Bila semuanya mudah, maka tidak ada hasil yang bisa disebut keberhasilan.
Sadari lah bahwa seruling yang melantunkan kemerduan suara surgawi itu - berasal dari buluh bambu yang disayat oleh pisau yang tajam dan dilubangi oleh batang besi yang membara.”




Pondok Cinta Tamalanrea, 3 desember 2009

Ichalfaiz45@yahoo.co.id




0 komentar:


Posting Komentar

 

Adzan di Tanah Haram

Sumpah Pemuda